Saturday, February 18, 2012

Peringatan Hari Pers Nasional

Pahlawan Nasional Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai tokoh pendidikan. Namun, menurut para sejarawan dan keluarga besarnya, Ki Hajar juga dikenal sebagai tokoh politik, seni, dan budaya.
Banyak karya jurnalistik dan jasa-jasa Ki Hajar dalam dunia seni budaya yang diakui masyarakat pada zamannya. Penghargaan atas jasa Ki Hajar Dewantara itu diulas pula tokoh Yogyakarta Dr Gun Nugroho saat ziarah makam Ki Hajar Dewantara di Taman Wijayabrata Yogyakarta kemarin.
Acara ziarah tokoh pers DIY dalam rangka Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) oleh jajaran Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Yogyakarta kemarin selain untuk mengenang jasa pahlawan pers, juga untuk meneladani semangat nasionalismenya.
Menurut perwakilan Keluarga Majelis Luhur Tamansiswa Ki Priyo Budiharso, sosok Ki Hajar Dewantara adalah orang memiliki visi dan misi kebangsaan yang kuat.
Areal makam Taman Wijayabrata disebut taman karena Ki Hajar menginginkan areal tersebut asri seperti taman. Tak ada satu pun makam di areal itu yang memakai ”cungkup” makam untuk menghormati keinginan almarhum.
Di Taman Wijayabrata bersemayam pahlawan nasional lainnya, Ki Sarmidi Mangunsarkoro. Selain itu, terdapat makam tokoh pers Samawi dan istri. Acara ziarah tokoh pers peringatan HPN 2012 dilanjutkan ke Makam Sonyaragi Yogyakarta, tempat bersemayamnya tokoh pers DIY pendiri PWI KRMT Soemanang Notonagoro dan perintis media massa R Sutiyo.
Ziarah dilanjutkan ke makam M Wonohito dan Soemadi Wonohito di Pringwulung Sleman, dan diakhiri ke makam Kusfandi di Krapyak Yogyakarta.

Kontrol Imigran di DIY Longgar

Kondisi geografis DIY yang memiliki banyak pantai dengan panjang mencapai 130 km dan minimnya pengawasan menyebabkan daerah ini menjadi jalur empuk transit imigran gelap menuju Australia.
Pengamat Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (HI UGM) Jaka Triyana mengatakan, kawasan pantai selatan, khususnya di wilayah DIY dan sekitarnya sering menjadi tempat transit imigran gelap yang akan ke Australia. Selain jalur pelayanan antara kedua wilayah ini dekat, juga disebabkan longgarnya pengawasan.
Faktor lain yang menyebabkan Pantai Selatan menjadi tempat transit favorit para imigran gelap yang akan ke Australia adalah keberadaan sumber daya manusia (SDM) yang terbatas.
Minimnya SDM ini, lanjut Jaka,menyebabkan banyak titik-titik atau daerah rawan yang tidak dijaga oleh petugas, khususnya dari imigrasi.
Kapolda DIY Brigjen Pol Tjuk Basuki mengatakan untuk melakukan pengawasan adanya penyelundupan imigran gelap melalui pantai Selatan, Polda DIY mendirikan Pos Pengamanan Direktorat Polisi Air dan Udara (Dit Polair) di kawasan Pantai Glagah, Depok dan Parangtritis, Bantul.
Lebih luas lagi, Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam) Polri Komjen Pol Imam Sudjarwo sebelumnya mengatakan Indonesia dipilih menjadi tempat transit para imigran ilegal karena letak geografisnya yang berdekatan dengan Australia. Kultur budaya masyarakat yang ramah didukung dengan banyaknya kawasan pantai yang dimiliki memudahkan para imigran untuk mendapatkan kapal dengan biaya sewa ABK dan nakhoda murah.
Sementara itu, sebanyak 35 imigran gelap asal Irak, Iran dan Afghanistan yang berhasil diamankan sebelum bertolak menuju Australia dari Pantai Samas, Bantul pada Jumat (18/2), hingga kemarin masih dititipkan di dalam Rutan Pajangan, Bantul. Pengiriman imigran gelap itu berhasil digagalkan berkat laporan dari nelayan yang merasa curiga dengan adanya penyewaan kapal untuk memancing yang dianggap tidak wajar.
Mugari, 35, salah seorang nelayan dari Pantai Samas mengatakan, awal kecurigaan muncul setelah sepekan sebelum imigran tiba, ada orang yang bertanya-tanya mengenai penyewaan kapal untuk digunakan mengantarakan orang memancing. Kapal yang disewa Rp400.000 hanya digunakan untuk mengantarakan ke kapal lain yang lebih besar yang nantinya menunggu di tengah laut.
Dari pemesan itu pula, pada Kamis (17/2) nelayan mendapatkan informasi bahwa para rombongan yang akan memancing akan tiba pada Jumat pagi. Dari jumlah pemancing sebanyak itu dan juga tarif yang tidak ditawar pemesan membuat kecurigaan menjadi lebih kuat kemudian melaporkan ke polisi.
Informasi lain yang diperoleh nelayan mengatakan bahwa kapal besar yang akan menjemput para imigran gelap itu hanya memiliki kecepatan 6 knot dan masih berada di kawasan Pantai Prigi, Trenggalek, Jawa Timur.

Pantai DIY Menjadi Jalur Favorit Imigran Gelap

Hanya dalam kurun satu tahun, ratusan imigran gelap asal Timur Tengah berhasil digagalkan saat akan bertolak ke Australia melalui pantai-pantai di wilayah DIY.
Penggagalan terakhir dilakukan jajaran Polres Bantul subuh kemarin. Sebanyak 35 orang berkewarganegaraan Irakdan Afganistan berhasil diamankan saat berupaya bertolak Australia dari Pantai Samas, Bantul.
Selain Pantai Samas, jalur favorit imigran gelap selama ini adalah Pantai Depok, Bantul dan Gesing, Kukup, serta Ngrenehan di Gunungkidul. Praktik penyelundupan imigran gelap ini diduga kuat dilakukan sindikat dengan melibatkan sejumlah aparat di Indonesia. Begitu rapinya praktik ini, dimungkinkan selama ini ada ratusan imigran lain yang telah berhasil mencari suaka ke Australia lewat pantai-pantai di wilayah DIY tersebut. Polres Bantul juga tengah menyelidiki praktik sindikat ini. Apalagi, Bantul dan Gunungkidul kerap menjadi pintu masuk menuju Australia. Saat upaya penangkapan kemarin, polisi juga bertemu fasilitator imigran yang mengaku anggota TNI. Namun oknum tersebut berhasil meloloskan diri.
Setidaknya ada empat fasilitator yang lolos saat penyergapan di Pantai Samas. Penangkapan imigran gelap kemarin dilakukan berkat laporan sejumlah nelayan Pantai Samas. Suratno, salah satu nelayan mengaku curiga ketika ada pemesan perahu yang mengaku seseorang dari Semarang dan Surabaya untuk digunakan memancing. Kecurigaan nelayan bertambah manakala tarif Rp400.000 tak ditawar sama sekali para pemesan.
Tak hanya itu, nelayan juga mendengar bakal ada kapal besar di tengah laut yang akan bertemu pemesan itu. Curiga atas pemesanan itu, nelayan lantas melaporkan ke polisi. Kapolres menjelaskan, awalnya imigran yang berhasil diamankan sebanyak 34 orang karena ada satu yang kabur saat penangkapan. Namun satu imigran tersebut akhirnya bisa ditangkap dan kini diserahkan ke kantor Imigrasi Kelas I Yogyakarta. Dari 35 imigran itu, diantaranya seorang perempuan dan dua anak-anak.
Upaya pengintaian terhadap para imigran ini sudah dilakukan sejak Kamis (16/2) malam. Namun karena suasana gelap, proses penangkapan dilakukan pada Jumat pagi sekitar pukul 04.00 WIB. Selain mengamankan para imigran, polisi juga menahan tiga kendaraan yang digunakan para imigran, yaitu Mitsubishi L 300 dengan nomor polisi B 7520 IC, B 7156 BQ, dan B 7359 ST. Imigran berangkat dari daerah Kelapa Gading Jakarta Utara pada Kamis (16/2) pagi.
Para imigran sempat transit di Pantai Glagah Kulonprogo dan selanjutnya menunggu kapal penjemput di Pantai Samas. Karena gelombang laut tinggi, kapal penjemput belum sampai di selatan Pantai Samas. Kapal dikabarkan masih berada di sekitar Pantai Cilacap. Sebelum imigran menuju ke tengah bertemu kapal penjemput, mereka telanjur diamankan. Staf Pengawas dan Penindakan Kantor Imigrasi DIY Kiswara mengatakan, para imigran dititipkan ke Rutan Pajangan, Bantul untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.

Saturday, February 11, 2012

Konsumsi Narkoba, Masinis Bisa Dipecat

PT KAI (persero) siap memberikan sanksi tegas berupa pemecatan kepada masinis yang kedapatan mengonsumsi narkoba atau minuman keras.
Kebijakan itu diambil guna memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat calon penumpang selama perjalanan kereta api. Kepala Humas PT KAI Daerah Operasi (Daop) VI Yogyakarta Eko Budiyanto mengatakan, PT KAI tidak menginginkan adanya masinis mengonsumsi narkoba seperti yang ditemukan pada kasus pilot Lion Air yang kedapatan menggunakan sabu-sabu. Di sisi lain, dia melihat kejadian kecelakaan lalu lintas akibat penyalahgunaan narkoba maupun konsumsi miras sudah kerap terjadi, salah satunya seperti yang terjadi di Tugu Tani, Jakarta Pusat.
Bilamana didapati masinis mengonsumsi narkoba maupun minuman keras, tindakan tegas berupa pemberhentian tugas dari masinis bahkan pemecatan bisa dilakukan. Tidak hanya upaya pengecekan kesehatan yang dilakukan, pengaturan jam tidur terhadap masinis juga diberlakukan guna menjaga masinis jangan sampai mengantuk saat menjalankan kereta.
Disinggung mengenai kebijakan baru yang akan diberlakukan PT KAI (persero) terkait larangan merokok di dalam gerbong kereta, Eko menegaskan kebijakan itu mulai disosialisasikan Januari 2012 kemarin. Selanjutnya, kebijakan itu akan mulai diberlakukan pada 1 Maret mendatang.
Kebijakan larangan merokok itu tidak hanya diberlakukan bagi para penumpang, tapi juga kepada seluruh kru kereta. Menanggapi rencana dan sikap yang diambil dari PT KAI (persero), Ketua Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY) Widijantoro mengaku sependapat dan mendukung kebijakan yang diterapkan. Kebijakan itu dinilai baik dan demi menjaga keamanan dan kenyamanan bagi para penumpang kereta.
Menurut Widijantoro, langkah yang diambil PT KAI (persero) untuk memberikan sanksi tegas berupa pemecatan kepada masinis yang terbukti menggunakan narkoba maupun konsumsi miras merupakan terobosan guna mengantisipasi jangan sampai terjadi kejadian serupa seperti pada kasus pilot Lion Air. Mengenai larangan merokok di dalam gerbong, itu sebagai wujud peran dari PT KAI memberikan perlindungan kepada penumpang yang tidak merokok.

Thursday, February 9, 2012

Pendatang Padati Yogyakarta

Kota Yogyakarta kini telah menjadi salah satu tempat tujuan urbanisasi. Pertambahan penduduk yang pesat lebih banyak disumbang oleh pendatang, sementara angka kelahiran hanya sedikit.
Berbagai fasilitas dan citra positif yang dimiliki Yogyakarta dinilai menjadi pendorong orang untuk memilih tinggal dan mencatatkan diri secara administratif menjadi warga kota. Tahun lalu jumlah penduduk yang masuk ke Yogyakarta mencapai 10.591 orang.
Tingginya tingkat urbanisasi di Kota Yogyakarta tidak seimbang dengan pengurangan jumlah penduduk karena perpindahan ke luar kota. Dari 9.883 orang yang mengajukan pindah administrasi kependudukan, hanya 1.067 orang yang pindah menjadi penduduk luar Kota Yogyakarta. Sisanya hanya pindah ke wilayah lain tapi masih dalam Kota Yogyakarta. Atas kondisi tersebut, Dedy menilai program Keluarga Berencana (KB) yang dicanangkan berhasil menahan laju pertumbuhan penduduk di Yogyakarta.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Tuty Setyowati mengaku angka kelahiran di wilayahnya rata-rata mencapai 4.000 jiwa setiap tahun. Khusus 2011 lalu jumlah kelahiran mengalami peningkatan sekitar 200 kasus dibandingkan tahun sebelumnya.
Target setiap tahun untuk penambahan akseptor KB ini selalu terpenuhi, setidaknya mencapai 98 persen.