Saturday, February 4, 2012

Gelar Sayembara Pakaian Wisata

Sebagai destinasi wisata, hingga saat ini Yogyakarta belum memiliki pakaian pelaku wisata yang khas.Padahal, busana ini bisa memperkuat citra kota pariwisata ini di mata dunia.
Atas dasar itu,Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Yogyakarta menggelar lomba desain pakaian bagi pelaku wisata. Pakaian itu diharapkan merupakan busana yang simpel dan dapat digunakan dalam aktivitas kerja sehari- hari.
Fokus utama dari lomba desain tersebut adalah pakaian yang memenuhi unsur sederhana dan terjangkau, tapi tetap menunjukkan karakter khasYogyakarta. Beberapa ciri khas yang diharapkan dapat ditampilkan adalah pemanfaatan kain batik sogan ataupun lurik. Desain pakaian yang dilombakan lengkap untuk kebutuhan pakaian pria dan wanita. Bagi yang ingin terlibat dalam perlombaan tersebut dapat menyerahkan sketsa pakaian ke Disparbud Kota Yogyakarta pada 20 Februari.
Ketua Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta Charis Zubair menilai, ciri khas budaya yang menjadi kekuatan utama wisata di Yogyakarta masih belum terekspose secara kuat.
Jika hal tersebut terpenuhi, dinilai akan mampu memperkuat kegiatan wisata seperti yang terjadi di Bali. Keberadaan pakaian khas Yogyakarta seperti kebaya dan lurik dinilai bukan tidak dapat dijadikan sebagai pakaian khas untuk pelaku wisata tersebut.
Adanya aturan yang berlaku, seperti kelengkapan kebaya dengan kain batik berupa jarik ataupun pengenaan baju lurik dengan blangkon, dinilai menjadikan pakaian khas tersebut kurang simpel jika dimanfaatkan oleh pelaku wisata.
Salah satu desainer Kota Yogyakarta Ninik Darmawan menilai upaya memasukan ciri khas Yogyakarta dalam sebuah desain pakaian bukan perkara mudah. Hal tersebut dinilai hanya mampu dilakukan oleh orang yang mengenal betul Yogyakarta.
Sebuah desain yang menang pun masih harus mendapatkan pengujian.

No comments:

Post a Comment