Saturday, January 21, 2012

Tampilkan Kolaborasi Budaya Tionghoa-Islam

Dalam rangka ikut merayakan Imlek tahun 2563, SDIT Salsabila Klasemen, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman menggelar acara apresiasi keragaman budaya.
Suguhan atraksi barongsai dan wushu dalam perayaan Imlek yang untuk pertama kalinya ini dikolaborasikan dengan seni musik rebana yang dimainkan sendiri oleh siswa-siswa SDIT Salsabila. Para siswa SDIT Salsabila tampak bersorak-sorai saat ketiga barongsai menampilkan atraksi memukau di halaman depan sekolah. Sambil duduk mengelilingi halaman, para siswa perempuan tak jarang berteriak histeris ketika satu persatu barongsai tersebut menghampiri mereka untuk mengajak ikut bermain. Tak kenal lelah pula, siswa-siswa SDIT Salsabila sendiri yang kebagian tugas menabuh rebana mengiringi atraksi ketiga barongsai dari kelompok Iki Isaku itu.
Kegiatan tersebut diselenggarakan atas kerja sama SDIT dengan Persatuan Islam Tionghoa. Kegiatan ini sendiri bertujuan sebagai ajang pembelajaran keragaman budaya bagi para siswa dan masyarakat luas.
Dan momentum perayaan Imlek sendiri dirasa pas untuk mencontohkan sikap toleransi dan apresiasi terhadap kegiatan seni apapun. Menurut wanita yang mengaku keturunan Tionghoa dan beragama Islam ini, kegiatan budaya tersebut diharapkan tidak hanya menjadi sekadar perayaan Imlek semata. Namun dapat menanamkan rasa saling menghormati antara umat Islam dengan masyarakat Tionghoa pada umumnya. Dengan memasukkan unsur syiar Islam dalam perayaan Imlek, diharapkan persepsi mengenai budaya Tionghoa yang dianggap tidak Islami dapat terhapuskan.
Salah satu siswa SDIT Salsabila Ani Purnama Ningrum,9 mengaku sangat senang dengan pertunjukan barongsai tersebut.Ani mengaku baru pertama kali melihat secara langsung pertunjukan khas budaya Tionghoa. Siswa kelas empat ini berharap jika perayaan tahun baru Imlek bisa diselenggarakan setiap tahun di sekolahnya. Ani menginginkan pementasan budaya Tionghoa lainnya yang belum pernah dilihatnya.
Tak hanya atraksi barongsai, para siswa SDIT Salsabila dan masyarakat sekitar juga dihibur dengan permainan pedang oleh seorang guru pedang yang telah berusia 86 tahun serta pertunjukan seni bela diri wushu oleh atlet-atlet cilik berprestasi. Acara yang digelar selama kurang lebih dua jam ini ditutup dengan pertunjukan wayang potehi.

No comments:

Post a Comment